Nama Karakter:
1. Roku
2. Lifa
3. Didi
4. Ruli
5.Riri
Main Story Start:
Senin paginya matahari bahkan belum menampakkan sinarnya, dan seperti biasa gw udah siap-siap kesekolah, tapi tiba-tiba Lifa sms."Roku, bisa kerumah gw sekarang?"
"Hah? Ngapain?"
"Gak ada, gw mau nebeng."
"Heleh, kirain ada apaan gitu, ya udah abis sarapan gw otw kesana."
"Hahahaha, iyaya."
Setelah Lifa sms gitu gw seneng banget tapi bercampur dengan perasaan kecewa juga dengan kenyataan yang ada. Tapi ya udahlah, jalani aja seperti biasa, jangan sampai Lifa tau perasaan gw yang sebenarnya. Suatu saat nanti akan gw bongkar semua perasaan gw padanya, tapi gw juga belum tau suatu saatnya itu kapan datangnya.
Setelah sarapan gw langsung otw ke rumah Lifa, dan langsung ngacir kesekolah. Diperjalanan dia terus aja cerita tentang si Didi, walaupun dalam hati nyesek sih, tapi diluarnya mah gak gw perlihatkan kalau gw nyesek saat itu, karena gak ada gunanya kalau gw memperlihatkan keadaan gw yang lagi galau (kata anak jaman sekarang) soalnya dia pasti gak peduli, yang dia pedulikan hanya Didi, Didi, dan Didi tanpa memperhatikan keadaan orang disekitarnya.
*Beberapa bulan kemudian*
Banyak yang terjadi dalam beberapa bulan ini, Lifa sama Didi yang semakin dekat, yang membuat gw tambah gak rela melihatnya. Tapi di sisi gw, gw juga tambah dekat sama Ruli, karena gw udah tambah sering datang kerumah dia kali ya.
Disini puncak dari kedekatan Lifa dan Didi.
Hari itu kami udah merencanakan mau pergi jalan ramai-ramai, pertama sih ngumpul dirumah gw, karena baru Didi aja yang datang gw putuskan kita pindah kerumah si Riri aja, teman-teman gw yang lain masih terjebak hujan jadi nanti mereka nyusul. Dirumah gw sih belum datang hujannya, dan rumah Riri juga gak terlalu jauh dari rumah gw jadi kami langsung aja kesana, disana juga ada Lifa yang udah nunggu.
Sampai dirumah Riri hujan deras langsung datang, kamipun langsung aja masuk kedalam kedainya Riri, karena dalam rumah pasti ada orang tuanya, jadi mending dikedainya aja kami duduk. Disinilah kami sekarang, di kedai Riri dan kami cuma berempat disini. Lifa dan Didi duduk bersebelahan, gw lirik aja terus si Lifa, lihat dia malu-malu gitu, udahlah gak perlu gw jelaskan gimana perasaan gw saat itu'kan? Gw juga yakin Lifa pasti seneng banget tu walau cuma duduk bersebelahan sama Didi gitu. Riri pun juga tau sikap Lifa yang kayak gitu, dia langsung membuka pembicaraan diantara kami.
"Di? Lu tau gak kalau ada yang suka sama lu?"
"Enggak, emang siapa ri?"
"Sebenarnya ya, si Lifa udah suka sama lu dari dulu."
"Iya di, betul tu kata Riri." sambung gw
*Mampus dah, kalau udah kayak gini mau berharap pun gak ada gunanya lagi, udah saatnya gw ikhlaskan dia, dan mendukungnya biar bisa jadian sama Didi." gumam gw dalam hati
"Eh, apa yang kalian bilang ni? Mana ada! Gak ada aku suka sama Didi do."
"Jangan bohong fa, gw'kan sahabat lu, jadi gw tau lu suka banget sama Didi karena tiap hari yang lu bicarakan cuma Didi doang. Di sms pun yang lu bahas Didi juga, aku pula yang bosan bacanya."
*Dasar Riri, main ceplas-ceplos aja, ya udah gw bantuin lu ri."
"Iya di, dia chat sama gw aja yang diceritainnya cuma lu doang. Ni ada gw bukti chat-nya, bentar ya gw buka'kan."
"Roku, jangan dilihatkan isi chat kita. Riri juga jangan dibongkar gitu dong."
"Biarin aja, gw gak tega liat lu kayak gini terus fa, jadi sebagai teman yang baik, gw mau bantuin lu." ucap gw
*Didi cuma tersenyum liat Lifa salah tingkah begitu. Bangke, perasaan gw saat itu ibarat luka yang diberi air garam, perih bro! Liat Lifa salah tingkah gitu di depan Didi, dan sepertinya ada tanda Didi juga suka sih. Aaaah, perasaan gw campur aduk saat itu, karena kenyataannya Lifa sama Didi sepertinya akan jadian setelah kami bongkar semuanya begini sama Didi, mungkin gw belum bisa ikhlas sepenuhnya menerima kenyataan ini. Gw cuma memaksakan diri untuk menerima kenyataan ini. Tapi apa mau dikata, Lifa gak mungkin suka sama gw, jadi walaupun diri gw terluka Lifa gak akan sadar karena dia lagi di saat-saat paling membahagiakan baginya. Kalau gw diposisi dia pun pasti gw merasakan hal yang sama, serasa dunia ini udah menjadi milik berdua aja.*
"Nih liat chat kami, lu baca sendiri deh, capek amat gw bacain."
"Iyaya, sini gw baca."
Setelah Didi selesai membacanya, kelihatan kalau sepertinya Didi akan membalas perasaan Lifa. Dan hujanpun telah berhenti, tiba-tiba teman kami udah sampai aja dirumah Riri tapi karena udah terlalu sore kami pun gak jadi jalan-jalan dan lebih memilih pulang kerumah masing-masing.
Malamnya gw merenung, berpikir kalau sekarang udah saatnya menyerah pada Lifa dan lebih baik kalau hubungan gw sama Lifa cuma temenan gini (karena mau lebih dari temanpun udah gak mungkin), mending gw beralih menjadi pelindungnya aja dari orang-orang yang gak bener, dengan begitu gw bisa tetap dekat sama Lifa, cuma dengan perasaan yang berbeda, karena kali ini gw memang harus membuang segala harapan serta perasaan gw sama Lifa, dan sepertinya temenan gini udah cukup buat gw.
Beberapa hari setelahnya, gw mendengar kabar kalau Lifa sama Didi udah jadian, gw mah cuma bisa kasih selamat doang. Dan gw juga udah menebak hal ini akan terjadi cepat atau lambat. Yang jelas gw udah gak ada harapan ataupun peluang untuk mendapatkan Lifa karena perasaan dia yang sepenuhnya cuma untuk Didi dan gw tau betapa tulus, sayang, dan sukanya Lifa sama Didi jadi gw harus menerima kenyataan ini, kenyataan kalau perasaan gw bertepuk sebelah tangan. Pada akhirnya ini sama aja kayak gw semasa SD ataupun SMP dulu, gw yang gak bisa mendapatkan orang yang gw sukai pada pandangan pertama. Dasar menyedihkan.
#Bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar